Segala
puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam untuk Rasulullah,
sayyidul anam, beserta keluarga, dan para sahabatnya.
Di
awal pekan ke tiga bulan Maret, kami sapa kepada pembaca situs berita
Islam www.voa-islam.com dengan berpesan dan berwasiat untuk senantiasa bertakwa
kepada Allah. Pesan wasiat Allah dalam kitab-Nya dan Rasulullah dalam
sunnahnya. Wasiat untuk orang terdahulu dan yang akan datang. Wasiat setiap rasul
kepada kaumnya.
وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ
أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ
"Dan
sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum
kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah." (QS. Al Nisa':
131)
Ibnul
Qayyim dalam Fawaid-nya mengatakan, "Nabi Sulaiman 'alaihis
salam berkata, 'kami telah mempelajari semua ilmu yang telah dipelajari
manusia dan belum mereka pelajari. Namun, kami tidak mendapatkan ilmu yang
paling agung daripada bertakwa kepada Allah. Karena itulah bila engkau ingin
memberi nasehat kepada seseorang yang engkau cintai; anakmu, temanmu, atau
tetanggamu, maka nasihatilah mereka agar bertakwa kepada Allah'."
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam berwasiat kepada Mu'adz bin Jabal ketika
pergi ke Yaman dan disampaikan juga kepada Abu Dzar al Ghifari radliyallah
'anhu:
اتَّقِ الله حَيثُمَا كُنْتَ ،
وأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمحُهَا ، وخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ
"Bertakwalah
kepada Allah di mana saja engkau berada. Iringilah perbuatan buruk dengan
perbuatan baik, niscaya (perbuatan baik) akan menghapusnya (perbuatan buruk).
Dan berperilakulah terhadap sesama manusia dengan akhlak yang baik."
(HR. Ahmad dan al Tirmidzi, beliau menghasankannya).
Makna
bertakwa di mana pun berada
Maksud
sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Bertakwalah kepada
Allah di mana saja engkau berada" adalah bertakwa kepada Allah di
manapun berada, baik di tempat sepi maupun di tempat ramai. Bertakwalah di
semua situasi dan kondisi. Jangan lah engkau bertakwa ketika berada di
tengah-tengah manusia, namun ketika sendiri engkau tidak bertakwa. Sesungguhnya
Allah melihat kamu di manapun kamu berada, maka bertakwalah kepada-Nya di
manapun kamu berada.
Sebagian
ulama salaf berkata, "wahai anak Adam, ketika kamu melakukan kemaksiatan
mengapa kamu beranggapan ada Dzat yang mengawasimu. Dan ketika kamu merasa
bersama Allah mengapa kamu tetap melakukan kemaksiatan dan tidak malu
sebagaimana kamu malu kepada makhluk-Nya. Kamu adalah salah satu dari dua
orang; pertama, jika kamu mengora Dia tidak melihatmu, maka kamu telah
kafir. Kedua, dan jika kamu tahu bahwa Dia melihatmu (sedangkan kamu
tidak malu sebagaimana kamu malu terhadap makhluk-Nya yang lemah) maka kamu
telah lancang."
Kamu adalah salah satu
dari dua orang;
Pertama, jika kamu mengira Dia tidak melihatmu, maka kamu telah kafir.
Kedua, dan jika kamu tahu bahwa
Dia melihatmu (sedangkan kamu tidak malu sebagaimana kamu malu terhadap
makhluk-Nya yang lemah) maka kamu telah lancang.
Kenapa
harus bertakwa?
Sesungguhnya
hamba sangat membutuhkan takwa dalam segala kondisi. Bahkan kebutuhan kita
kepada takwa lebih dari butuhnya kepada air dan udara. Karena siapa yang
bertakwa kepada Allah akan mendapatkan solusi dari setiap persoalan yang dihadapinya,
akan mendapatkan rizki dari jalan yang tidak disangka-sangka, mendapat petunjuk
kepada kebenaran sehingga bisa membedakan yang hak dan yang batil, mendapat
tambahan ilmu, dan masih banyak manfaat takwa lainnya. pada intinya bahwa takwa
adalah pokok segala kebaikan dan sumber dari segala kebaikan dunia dan akhirat.
Karenanya, Allah berwasiat sendiri kepada hamba-hamba-Nya yang terdahulu dan
yang kemudian.
Sebaliknya,
siapa yang tidak bertakwa kepada Allah akan mengalami kehinaan dan segala
persoalannya tak akan beres. Sesunggunya maksiat yang menjadi lawan takwa, akan
menyebabkan keruhnya hidup, menghalangi rizki, dan menyebabkan kerasnya hati.
Abu
Sulaiman al Darani rahimahullah berkata, "Demi Allah kadang aku
bermaksiat kepada Allah, lalu aku merasakan (pengaruhnya itu) pada watak
hewanku dan juga istriku." Artinya sampai hewanpun tidak setuju dengannya.
Apa
itu takwa?
Asal
makna takwa adalah upaya hamba menjadikan batas pelindung antara dirinya dengan
sesuatu yang dia takuti dan khawatirkan, agar selamat darinya. Maka hamba yang
bertakwa kepada Rabb-Nya adalah menjadikan batas pelindung antara dirinya
dengan murka dan siksa Tuhannya, yaitu dengan mentaati perintah-Nya dan
menjauhi maksiat.
Imam
an Nawawi rahimahullah berkata bahwa takwa adalah istilah tentang
melaksanakan segala kewajiban dan meninggalkan segala larangan.
Ibnu
Taimiyyah rahimahullah menyebutkan bahwa takwa artinya melakukan
perintah dan meninggalkan larangan.
Thuluq
ibnu Habib rahimahullah berkata tentang takwa, "engkau melaksanakan
ketaatan (melaksanakan perintah), di atas cahaya dari Allah (ilmu), dengan
berharap pahala dari Allah. Dan engkau meninggalkan maksiat terhadap Allah, di
atas cahaya Allah dari Allah, karena takut terhadap hukuman Allah."
Imam
Ali bin Abi Thalib radliyallah 'anhu berkata, "takwa adalah al
Khaufu minal Jalil (takut kepada Allah yang Mahaagung), al 'Amal bil
Tanziili (mengamalkan al Qur'an dan al Sunnah), al Ridla bil Qalil (ridla
atas pembagian rizki yang sedikit), dan al isti'dad liyaum al Rahiil
(mempersiapkan diri untuk perjalanan di akhriat)."
Sifat
takwa dalam Al Qur'an
Al
Qur'an al Kariim tidak menyebutkan takwa secara definitif. Al Qur'an
menyebutkannya dengan sifat-sifat orang bertakwa yang mudah di tiru dan
diteladani orang yang bertakwa.
Berikut
ini beberapa ayat yang menerangkan sifat-sifat takwa:
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا
وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آَمَنَ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ
وَآَتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ
وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ
وَآَتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ
فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا
وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
"Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan
orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat,
dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah
orang-orang yang bertakwa." (QS. Al Baqarah: 177)
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ
رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ
وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ وَالَّذِينَ إِذَا
فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا
لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى
مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
"Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang
apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat
akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang
dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui." (QS. Ali Imran:
133-135)
Al
Qur'an menyifati orang-orang bertakwa sebagai
kaum yang mengimani pokok-pokok keimanan, memegang keyakinannya, mengamalkan
amal dzahir dan amal batin, menunaikan ibadah-ibadah badaniyah (fisik) dan
ibadah harta, bersabar dalam kesempitan dan ketika dalam peperangan, memaafkan
orang lain, bersabar terhadap gangguan orang lain dan berbuat baik kepada mereka,
segera beristighfar dan bertaubat ketika melakukan perbuatan nista dan
mendzalimi diri sendiri.
Berarti hanya orang Islam
dan beriman saja yang bisa bertakwa kepada Allah. Selain orang Islam, sebaik
apapun amal perbuatannya, tidak bisa disebut orang bertakwa.
Semoga
Allah senantiasa menambah ketakwaan kepada kita dan membantu kita dalam
bertakwa kepada-Nya untuk meraih kebaikan dunia dan akhirat. Amiin…
Oleh:
Badrul Tamam